Selasa, 29 Maret 2016

Sampai kapan?





Aku lelah melangkah sendiri. Kuku jemariku mulai berdarah, perih. Begitu banyak pasir berhamburan menerpa wajah. Panas kering yang kurasa. Tak ada suara langkah yang mengiringi. Bahkan aliran air pun sudah tak terdengar lagi di sini. Kosong, kering, terlalu sepi. Adakah jemari yang bisa kugenggam? Di sela jemariku telah kusediakan ruang, namun kau tak kunjung hadir mengisi. 

Sampai kapan kita melangkah sendiri-sendiri. Aku bosan. Tak bisakah kita berjuang bersama? Semua yang berat akan terasa ringan bila kita lakukan bersama. Semua yang tak mungkin akan menjadi mungkin jika kita usahakan bersama. Sudahlah, mungkin sudah saatnya kita melangkah bersama. Bergandeng tangan melewati teriknya mentari. Aku takut setiap hari harus melewati hutan pinus nan sepi. Langkahku mulai melambat, aku sudah lelah.

Apalagi yang kau tunggu? Aku sudah lelah di sini. Aku bosan berjauhan denganmu. Tak bisakah kita bersatu? Aku ingin ketika terbangun wajahmulah yang pertama kali kulihat. Saat aku tertidur, jemarimulah yang akan kugenggam erat.

Aku sudah lelah menyimpan rindu ini terlalu lama. Rasanya dada ingin meledak, tak mampu menahan lagi. Air mata sudah terlalu sering meleleh, namun tak ada yang mengusapnya.

Sampai kapan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar