Selasa, 29 Maret 2016

RACUN RINDU




“Rindu barangkali semacam racun yang kita racik dari kesendirian kita yang sunyi, dari tempat yang jauh, dari hilangnya kesempatan untuk melihat senyum seseorang yang kita sayangi, dari pelukan yang lepas, dari ruang-ruang kosong di antara jari-jemari, dari sebuah pesan yang terlambat masuk ke ponsel, dari percakapan yang tergesa-gesa, dari apa pun yang membuat kita nelangsa.” (Jodoh, Fahd Pahdepie)

Sampai kapan?





Aku lelah melangkah sendiri. Kuku jemariku mulai berdarah, perih. Begitu banyak pasir berhamburan menerpa wajah. Panas kering yang kurasa. Tak ada suara langkah yang mengiringi. Bahkan aliran air pun sudah tak terdengar lagi di sini. Kosong, kering, terlalu sepi. Adakah jemari yang bisa kugenggam? Di sela jemariku telah kusediakan ruang, namun kau tak kunjung hadir mengisi.