Selasa, 29 Maret 2016

RACUN RINDU




“Rindu barangkali semacam racun yang kita racik dari kesendirian kita yang sunyi, dari tempat yang jauh, dari hilangnya kesempatan untuk melihat senyum seseorang yang kita sayangi, dari pelukan yang lepas, dari ruang-ruang kosong di antara jari-jemari, dari sebuah pesan yang terlambat masuk ke ponsel, dari percakapan yang tergesa-gesa, dari apa pun yang membuat kita nelangsa.” (Jodoh, Fahd Pahdepie)

Rindu barangkali selalu membuatku nelangsa. Tapi entah mengapa aku tak pernah lelah untuk mengulangnya. Seperti mantra yang dibaca berulang-ulang. Meski aku meracau sendiri, tanpa kau tau sedalam apa yang kurasakan.

Rindu barangkali selalu membuatku putus asa. Menanti hari esok yang tak kunjung tiba. Hari terasa begitu panjang. Jarum jam seolah melambat berputar. Detik seolah diam tak mau berpindah. 

Rindu barangkali selalu membuatku marah. Aku cemburu, cintamu terbagi pada pekerjaanmu. Waktumu lebih banyak bersama teman-temanmu. Tawamu hadir bersama permainan-permainan yang selalu membuatmu lupa.

Rindu barangkali selalu membuatku merasa sakit. Rindu seperti racun. Perlahan menggerogoti puing-puing kenangan yang  telah kita lalui bersama. Cerita-cerita berseliweran menganggu konsentrasiku. Aku tak sanggup melawan sengatan rindu. Rasanya seperti melepuh, perih. 

Aku keracunan. Barangkali kamulah satu-satunya penawar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar