Jumat, 25 Oktober 2013

DIENG



Selamat datang Dieng. Aku ingat dulu aku pernah menuliskan bahwa aku ingin berkunjung ke tempat ini, dan akhirnya keinginanku tercapai. Aku datang ke sini bersama teman-teman yang begitu istimewa. teman-temanku yang ikut serta dalam perjalanan ini ada Anggi, Ulfa, Dimas, Dani, Rio, Adit, dan Woles. Kami belum lama saling mengenal, kurang lebih baru tiga bulan, tapi rasa kekeluargaan di antara kami sudah terasa begitu dekat. Aku bersyukur memiliki keluarga baru yang so amazing :))

Oke akan aku ceritakan apa saja yang aku lakukan di sana, dan tempat apa saja yang telah aku kunjungi. Pantengin baik-baik ya :D


Pukul 15.00 kami melangkahkan kaki meninggalkan kota Pekalongan. Kami melewati hamparan sawah yang masih hijau, kami melewati deretan pepohonan yang berbaris rapi, serta alunan nada yang bersautan dari hutan seberang. Banyak jalan naik turun, terjal, dan berkelok, tapi perjalanan ini begitu menyenangkan. Kami menyempatkan diri berhenti untuk beristirahat walau hanya sebentar, atau bahkan sekedar membeli makanan atau minuman.

Berhenti di Kec. Wanayasa, Banjarnegara
Pukul 19.00 kami tiba di Dieng, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Angkringan, karena kami sudah kelaparan. Kami segera mengisi perut dan sedikit menghangatkan tubuh dengan segelas teh panas. Segelas teh panas tidak membantu banyak, kami tetap merasa kedinginan. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari penginapan. Kami dibantu mencari penginapan oleh salah seorang warga, tidak jauh dari tempat angkringan kami menemukan tempat penginapan yang nyaman. Awalnya sang pemilik penginapan mematok harga 350.000/malam, setelah melakukan tawar-menawar akhirnya kami diberi keringanan hingga 250.000/malam, haha :D

Setelah masuk homestay, kami berebut selimut, semua sudah menggigil kedinginan. Sang pemilik homestay sangat baik, beliau menyiapkan perapian, sangat sederhana tapi banyak membantu. Badan lumayan terasa hangat.


Perapian yang sangat sederhana, tapi cukup menghangatkan
Perut mulai terasa lapar, mumpung ada perapian sekalian deh masak di atas perapian. Karena saking laparnya, eh langsung tancap aja masih di atas wajan :D


Ada banyak tangan dalam satu wajan :D
Setelah makan mie, ternyata perutku mulai terasa perih. Well, mag-ku kambuh. Terpaksa harus keluar malem-malem nyari obat mag. Indomaret udah tutup, warung juga udah pada tutup, yang masih buka adalah tempat main PS, iseng aja tanya di situ, alhamdulillah ternyata ada. Udara di luar sangat dingin, tapi dinginnya malam terobati oleh ribuan bintang yang bertebaran, sayang sekali aku tak bisa mengabadikan indahnya langit malam itu. Hari sudah semakin malam, kami memutuskan untuk beristirahat. Pukul 03.30 kami sudah bangun, siap-siap menuju Sikunir. Bapak tour guide ternyata sudah datang, pukul 04.00 kami meninggalkan homestay. And welcome Sikunir, Desa Sembungan.


Hari masih gelap, tapi kami tetap semangat untuk memulai perjalanan. Mari mengejar sunrise :D
Mulai ada semburat merah, tetapi mentari belum menampakkan diri
 Ini dia detik-detik matahari terbit...












Menyapa mentari di puncak Sikunir, Desa Sembungan, Dieng
Betapa indahnya pemandangan sunrise dari puncak Sikunir. Udara yang semilir meniupku. Semburat kemerahan yang menghangatkan. Barisan gunung yang berbaris rapi menyapaku. Hamparan pepohonan yang nampak hijau menyejukkan. Aura keindahan senantiasa mendamaikan hati.


Menikmati hangatnya sinar mentari di puncak Sikunir
Langit berasa deket banget
Matahari sudah semakin tinggi dan langit sudah cerah, tandanya hari semakin siang. Akhirnya kami memutuskan untuk turun, tentunya setelah kami puas foto-foto. Haha jauh-jauh ke sini, yang paling wajib ya mengabadikan setiap moment. Ya walaupun hanya dengan handphone, tak masalah asalkan bisa berfoto ria :D


Sikunir
Saat berangkat, hari masih gelap. Beberapa di antara kami tidak melihat ada danau di sana, ternyata saat turun kita bisa melihat indahnya Telaga Cebong.


Menatap indahnya Telaga Cebong
Bersama selalu lebih indah
Hari sudah semakin siang, kami harus melanjutkan perjalanan ke tempat lainnya. Selamat tinggal Desa Sembungan, desa tertinggi di Pulau Jawa.


Sembungan Village
Di perjalanan meninggalkan desa Sembungan ada view bagus, berhenti dulu numpang foto :D

Tujuan selanjutnya adalah Kawah Sikidang. Masih bersama Bapak tour guide yang setia menemani.

Aku yang fotoin, jadi nggak ada :3
Aroma kawah begitu menusuk di hidung
Airnya mendidih, terlihat dari gelembung airnya
Kami tak kuat berlama-lama di tempat ini, karena suhu udara di sini sangat tinggi serta aroma yang semakin mengganggu indera penciuman alias hidung. Salah satu temanku juga ada yang perutnya sampe mual, wow. Entahlah ada kandungan apa di kawah ini.

Area parkir kawah Sikidang, nice :)

The next place is Telaga Warna. Di sini kami berpisah dengan bapak tour guide.

Telaga Warna

Bayar 5000, foto langsung jadi, dan bonus difotoin di handphone :D
Menurutku itu foto bareng-bareng lengkap yang paling bagus. Oke aku kenalin teman-temanku satu persatu ya. Mulai dari kiri ada Rio, Adit, aku, Ulfa, Woles, Anggi, Dani, dan Dimas.

Kunjungan terakhir kami di Candi Arjuna. Sayang sekali kita tiba di tempat ini, matahari sedang sangat terik. Jadi panasnya cetar membahana. Untung saja indahnya alam di sini bisa menghapus teriknya mentari yang mulai menusuk.


Candi Arjuna
Perpaduan hijaunya cemara dan birunya langit yang sempurna
Pohon cemara berbaris rapi
Dani berasa di kasur
Jarak dari Candi Arjuna ke homestay sangat dekat, jadi kami hanya berjalan kaki. 

Eh tangannya..
Hamparan bunga Edelweis
Selesai sudah kunjungan kami di Dieng, berat hati untuk meninggalkan tempat seindah ini. Pulang dari Candi Arjuna, eh malah pada tepar dulu di homestay, bangun-bangun kaget udah siang ternyata.  Kami meninggalkan Dieng pukul 14.30. Melewati jalan yang sama seperti berangkat, Dieng, Banjarnegara, Kalibening, Paninggaran, Linggo Asri, Kajen, and welcome Pekalongan :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar