Selasa, 23 Juli 2013

[BeraniCerita #20] Kaset dan Seuntai Masa Lalu



Kaset itu, entah mengapa aku selalu tertarik untuk memutarnya berulang kali. Aku sudah berusaha menyimpannya. Tapi kaset itu masih saja menarik perhatianku. Aku sudah meletakkannya di atas lemari, supaya aku tak sering melihatnya. Ah percuma saja, aku selalu mencarinya.

Setelah pulang kerja, aku selalu memutarnya. Mendengarkan alunan lagu yang begitu indah. Seketika itu bayangan wajahmu hadir. Pikiranku menerawang ke masa lalu.

Teringat ketika kita mendengarkan lagu ini bersama, kita begitu menikmati. Ini adalah lagu favorit kita. Teringat ketika kau menyanyikan lagu ini untukku di acara perpisahan sekolah. Teringat saat kau menelponku tengah malam, hanya untuk menyanyikan lagu ini. Aku sangat mencintai lagu ini, seperti aku mencintaimu kala itu. Ah yang benar saja, aku masih hafal detail masa lalu kita. Masa lalu yang sudah berusaha kukubur sejak lima tahun silam, tapi aku tak pernah mampu.

Ya sejak lima tahun  yang lalu kita sudah tak pernah berkomunikasi lagi. Dengan memutar kaset ini aku seperti bercerita dennganmu. Dengan memutar kaset ini aku seperti menjumpamu. Tapi dengan memutar kaset ini aku tak pernah mampu menyentuhmu. Semua ini hanyalah ilusi.

Aku bisa saja membuang kaset ini, tapi aku tak akan pernah bisa membuang masa lalu yang ada dalam kaset ini. Semakin aku berusaha melupakannya, semakin ia menguasi pikiranku. Maka kuputuskan untuk berdamai saja dengan masa lalu. Mengikuti aliran kehidupan ini apa adanya, tak perlu memaksakan aliran itu agar berbelok. Aku hanya berharap pada Tuhan apabila ia jodohku, maka kami akan dipertemukan kembali dalam suasana yang indah tentunya.


Aku semakin sibuk dengan pekerjaanku. Aku mulai tak ada waktu untuk sekedar berkunjung ke masa lalu. Tapi lagu favoritku selalu sama, aku selalu memutar kaset itu berulang kali.

“Tiara, jangan lupa kamu hari ini ada meeting dengan PT. Cahaya Kusuma setelah jam makan siang”, Anton salah satu rekan kerjaku mengingatkan agendaku yang hampir saja terlupakan.

“Oh iya, aku hampir saja lupa nton, thanks ya udah ngingetin”.

Aku segera mempersiapkan untuk meeting nanti, karena ini meeting yang sangat penting. Jika aku berhasil menjalin kerjasama dengan PT. Cahaya Kusuma aku akan mendapatkan penghargaan dari perusahaan.

Aku berlari menuju ruangan meeting, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Semoga aku tidak terlambat, gumamku dalam hati.

“Selamat siang, maaf ya pak sudah menunggu”

“Iya tidak apa-apa, saya baru lima menit di sini”, jawabnya sambil membalikkan badan.

Sepertinya aku mengenali wajah ini. Ya benar sekali, aku tak akan lupa dengan wajah yang seringkali hadir dalam sepiku. Akbar, kau masa laluku. Masa lalu yang tak pernah bisa kulupakan. Akhirnya Tuhan mempertemukan kita di sini. Kau masih sama seperti dulu, begitupun dengan perasaanku. Ternyata aku masih merasakan getaran yang sama seperti dulu.

*425 kata*

6 komentar:

  1. twist-nya kurang nih.. dan sudah tertebak sejak mulai bagian dua cerita. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah udah ketebak ya, okedeh besok cari ide lagi biar ga ketebak ceritanya, thx ya kritiknya :)

      Hapus
  2. Jadi ingat nyanyian zaman-zaman sekolah dulu pas acara perpisahan :)
    Ini kalau semua sudah tak lagi sama mungkin lebih "jleb".

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku suka yg happy ending aja :D
      terkadang tak menduga-duga ternyata seseorang di masa lalu adalah jodoh kita kelak :)

      Hapus
  3. Wah.. si mbak Tiaranya belon bisa move on ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya terkadang masa lalu msh saja lekat tanpa bisa lepas sedikit pun, tapi ga sia2 ternyata berbuah manis :D

      Hapus