"ah, aku mati rasa
!"
kudengar suara itu
laun-laun dari tengah semak ilalang, itu suaramu
galau, gundah entah
mengapa tak seperti biasanya
bukan yang menenangkanku
lagi
"mati rasa, sumpah,
aku mati rasa padamu !"
padamu, katanya
berarti rasanya mati
untukku?
aku tersentak,
sudahlah, biar mengering
rasa itu, terbakar, atau mati lah sekalian
"tapi apa rasa itu
bisa mati ?"
aku tak pernah memaksa
rasa itu tetap mengalir
takut nantinya jadi luapan
bah yang menenggelamkan kita
padahal rasa itu indah
bukan ?
mengalir tenang, seperti
gambaran sungai di surga
membawa kita berkelana,
membawa kita menirwana
ilalang . . . ku titipkan
pesan untuk jiwa gundah yang bersarang di dirinya
biarkan rasa itu ada,
mengalir
atau seperti gemercik
hujan
dan aku siap untuk
bermain dengan gemercik itu
tanpa perlu berenang di
dalamnya
"karena AKULAH AIR
ITU"
dimana rasa itu akan
terus mengalir
tak pernah ada ujungnya
Ini aku kutip dari sebuah
blog, http://kazwini13.wordpress.com, nice post :)
Perasaan itu memang seharusnya dibiarkan mengalir apa adanya, tapi
sebaiknya tidak dimulai dengan mati rasa. Menurutku rasa itu ga akan
pernah mati, mungkin hanya sedikit menghilang, tapi pada akhirnya dia pasti
akan kembali lagi memnuhi hati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar