Jumat, 04 April 2014

MERACAU #2


Maaf, malam ini ijinkan aku bebas meracau. Sudah sejak lama ada sepi yang semakin menjadi-jadi. Hampa. Entahlah, banyak keganjilan yang mulai kurasa. Ada tangis yang tersamarkan oleh tawa. Tawa membahana yang kapan saja bisa berubah menjadi banjir air mata. Ada rapuh yang tersembunyi di balik senyum. Aku hanya ingin bahagia, tapi entahlah hati selalu memberontak. Aku mulai lupa waktu karena segala kesibukan yang memadati hari-hariku. Tapi kala malam datang, ketika raga seharusnya beristirahat ada kesepian seketika menghampiriku, mengajakku bercengkerama, mengundang bulir air mata untuk datang menemani.


Aku bahagia, sungguh. Ini bukan air mata kesedihan, tetapi ini air mata kesepian. Sepi yang mulai menggerogoti, menggantikan segala kegembiraan. Air mata yang sesekali menemani tawa. Begitulah seharusnya hidup, butuh keseimbangan, ada duka dan juga ada bahagia.

Awalnya semua terasa biasa saja. Rutinitas aktivitas yang kulakukan silih berganti, hingga tak ada lagi waktu untukku berangan-angan. Tetapi sesekali hati ingin diperhatikan, ia butuh kawan. Maaf untuk rasa yang tak pernah kubiarkan berkembang biak dalam sanubari.

Kesepian adalah ketika aku benar-benar sendiri, perlahan sahabat-sahabatku pergi. Meski aku tahu bukan pergi untuk selamanya, ada kebahagiaan yang harus ia raih - mungkin bersama orang lain. Satu persatu sahabatku menemukan sosok yang ia cintai, lantas berbahagialah ia menjalani hari-hari, hingga dunia serasa berwarna merah jambu. Sungguh aku bahagia melihat sahabatku bahagia. Tapi di sisi lain, aku harus siap untuk ditinggalkan, sebagian waktunya untukku mulai terbagi untuk sang pujaan hati. Baiklah, aku mengerti kondisi ini.

Di sisi lain, ternyata sang pujaan hati merasa cemburu kepadaku. Padahal aku tak pernah menampakkan kecemburuanku padanya, karena aku tahu aku tetap sahabatmu. Inilah yang kutakutkan, ia akan mengambilmu selamanya. 

Aku tak suka ada lelaki yang membuatmu berada di posisi yang serba salah. Aku sedih melihatmu terlalu lelah karena bingung membagi waktumu. Hari-harimu selalu terlihat tergesa-gesa. Haruskah kau selalu bersamanya di sepanjang waktumu ? Hei, cinta tak pernah menyudutkanmu. Cinta selalu mengerti, ia tahu porsi yang tepat. Cinta bukan alat untuk mengatur aktivitasmu, kamu bukan robot.

Bukan hanya satu sahabatku yang berubah karena sebuah hubungan yang mengatasnamakan cinta. Aku jadi berpikir, haruskah cinta mengubah seseorang ? Sebelumnya, aku tak pernah melihatmu menangis. Ternyata cinta mampu membuatmu menangis tersedu. Tapi di sisi lain, aku juga tak pernah melihatmu sebahagia ini, sungguh aku turut berbahagia. Tapi janganlah cinta memperumit keadaanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar