Kaset
itu, entah mengapa aku selalu tertarik untuk memutarnya berulang kali. Aku
sudah berusaha menyimpannya. Tapi kaset itu masih saja menarik perhatianku. Aku
sudah meletakkannya di atas lemari, supaya aku tak sering melihatnya. Ah
percuma saja, aku selalu mencarinya.
Setelah
pulang kerja, aku selalu memutarnya. Mendengarkan alunan lagu yang begitu
indah. Seketika itu bayangan wajahmu hadir. Pikiranku menerawang ke masa lalu.
Teringat ketika kita mendengarkan lagu ini bersama, kita begitu menikmati. Ini adalah lagu favorit kita. Teringat ketika kau menyanyikan lagu ini untukku di acara perpisahan sekolah. Teringat saat kau menelponku tengah malam, hanya untuk menyanyikan lagu ini. Aku sangat mencintai lagu ini, seperti aku mencintaimu kala itu. Ah yang benar saja, aku masih hafal detail masa lalu kita. Masa lalu yang sudah berusaha kukubur sejak lima tahun silam, tapi aku tak pernah mampu.
Teringat ketika kita mendengarkan lagu ini bersama, kita begitu menikmati. Ini adalah lagu favorit kita. Teringat ketika kau menyanyikan lagu ini untukku di acara perpisahan sekolah. Teringat saat kau menelponku tengah malam, hanya untuk menyanyikan lagu ini. Aku sangat mencintai lagu ini, seperti aku mencintaimu kala itu. Ah yang benar saja, aku masih hafal detail masa lalu kita. Masa lalu yang sudah berusaha kukubur sejak lima tahun silam, tapi aku tak pernah mampu.
Ya
sejak lima tahun yang lalu kita sudah
tak pernah berkomunikasi lagi. Dengan memutar kaset ini aku seperti bercerita
dennganmu. Dengan memutar kaset ini aku seperti menjumpamu. Tapi dengan memutar
kaset ini aku tak pernah mampu menyentuhmu. Semua ini hanyalah ilusi.
Aku bisa saja membuang
kaset ini, tapi aku tak akan pernah bisa membuang masa lalu yang ada dalam
kaset ini. Semakin
aku berusaha melupakannya, semakin ia menguasi pikiranku. Maka kuputuskan untuk
berdamai saja dengan masa lalu. Mengikuti aliran kehidupan ini apa adanya, tak
perlu memaksakan aliran itu agar berbelok. Aku hanya berharap pada Tuhan
apabila ia jodohku, maka kami akan dipertemukan kembali dalam suasana yang
indah tentunya.
Aku
semakin sibuk dengan pekerjaanku. Aku mulai tak ada waktu untuk sekedar
berkunjung ke masa lalu. Tapi lagu favoritku selalu sama, aku selalu memutar
kaset itu berulang kali.
“Tiara,
jangan lupa kamu hari ini ada meeting dengan PT. Cahaya Kusuma setelah jam
makan siang”, Anton salah satu rekan kerjaku mengingatkan agendaku yang hampir
saja terlupakan.
“Oh
iya, aku hampir saja lupa nton, thanks ya udah ngingetin”.
Aku
segera mempersiapkan untuk meeting nanti, karena ini meeting yang sangat
penting. Jika aku berhasil menjalin kerjasama dengan PT. Cahaya Kusuma aku akan mendapatkan penghargaan dari perusahaan.
Aku
berlari menuju ruangan meeting, waktu sudah menunjukkan pukul 13.30. Semoga aku
tidak terlambat, gumamku dalam hati.
“Selamat
siang, maaf ya pak sudah menunggu”
“Iya
tidak apa-apa, saya baru lima menit di sini”, jawabnya sambil membalikkan
badan.
Sepertinya
aku mengenali wajah ini. Ya benar sekali, aku tak akan lupa dengan wajah yang
seringkali hadir dalam sepiku. Akbar, kau masa laluku. Masa lalu yang tak
pernah bisa kulupakan. Akhirnya Tuhan mempertemukan kita di sini. Kau masih
sama seperti dulu, begitupun dengan perasaanku. Ternyata aku masih merasakan
getaran yang sama seperti dulu.
*425 kata*
twist-nya kurang nih.. dan sudah tertebak sejak mulai bagian dua cerita. :)
BalasHapuswah udah ketebak ya, okedeh besok cari ide lagi biar ga ketebak ceritanya, thx ya kritiknya :)
HapusJadi ingat nyanyian zaman-zaman sekolah dulu pas acara perpisahan :)
BalasHapusIni kalau semua sudah tak lagi sama mungkin lebih "jleb".
aku suka yg happy ending aja :D
Hapusterkadang tak menduga-duga ternyata seseorang di masa lalu adalah jodoh kita kelak :)
Wah.. si mbak Tiaranya belon bisa move on ya...
BalasHapusiya terkadang masa lalu msh saja lekat tanpa bisa lepas sedikit pun, tapi ga sia2 ternyata berbuah manis :D
Hapus