Seandainya.
Seandainya aku berkuasa atas apa-apa yang kurasa.
Akan kubunuh rasa yang mampu melumpuhkan ingatan.
Akan kubangkitkan rasa yang mampu membuatku terbang melayang.
Namun aku hanyalah budak perasaan yang hanya mampu menengadahkan tangan,
memohon yang terbaik untuk ruang kosong yang tersisa.
Berharap ada sosok elok yang sering menengok,
mengetuk pintu yang tak pernah terketuk.
Seandainya akulah sang pengatur waktu.
Akan kuhentikan seketika saat tawa sedang menggema.
Akan kupercepat waktu kala derai air mata mengaliri pipi.
Namun aku hanyalah penikmat detik-detik yang tak pernah lelah bergerak,
aku hanyalah sosok yang berkejaran dengan menit yang selalu berlari,
dan akulah sosok yang termenung saat jam menunjukkan pergantian hari.
Kunikmati senyuman yang melengkung meski hanya sepersekian detik.
Tak pernah kusia-siakan 'tuk sekedar mendengar tawamu dalam hitungan menit.
Kugunakan sisa waktu untuk mendengar suaramu yang mengalun merdu.
Akulah penikmat waktu, waktu untuk mengagumimu.
Seandainya akulah sang pujangga.
Akan kuciptakan kata-kata untuk menemani harimu.
Kata-kata yang mampu menguatkanmu kala kau rapuh
dan membangkitkanmu kala kau terjatuh.
Namun nyatanya aku hanyalah perangkai kata amatir,
membuang waktu, mubadzir.
Mengungkapkan rasaku saja tak mampu,
apalagi harus menguatkanmu, ah rasanya tak mungkin.
Aku peracik kata yang buruk, selalu mengikuti suka duka hati,
sehingga entah rasa apa yang akan kau kecap.
Akulah sosok yang hanya mampu berandai-andai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar