Teruntuk kamu yang selalu punya cara untuk membuatku menangis. Entah menangis bahagia atau menangis karena terluka.
Wahai calon suamiku. Taukah engkau, di sini aku selalu menjaga pandangan, menjaga jarak dengan laki-laki lain yang bukan mahramku. Karena kuingin kelak cinta ini tulus untukmu.
Wahai calon suamiku. Taukah engkau, di setiap doaku selalu kusebut namamu. Meski kita jarang berjumpa, tapi dalam mimpi aku sering melihatmu. Doa-doa untukmu tak pernah lelah kupanjatkan.
Wahai calon suamiku. Taukah engkau, aku lelah di sini. Rasa sabarku sudah hampir habis. Ketakutanku semakin besar. Tapi kenapa kepercayaanku kau hancurkan, kau sendiri yang membuatnya luntur di kala hati berusaha untuk menguatkan diri.
Wahai calon suamiku. Haruskah semua perih kulewati sendiri? Sakit raga ini bisa selalu kusembunyikan. Tapi sakit hati ini mebuat raga tak berdaya. Otak serasa lambat berpikir.
Entahlah aku merasa seperti bukan siapa-siapa bagimu.